Limbah-Jadi-Kompos-Untuk-Bumi-Lebih-Baik

Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang 35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika perlakuannya kurang tepat.

Sistem Pertanian Organik adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan.

Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah menerapkan sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah organik sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya kebijakan sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang berkembang pesat sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun untuk sementara waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada kenyataannya dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.

Sistem pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama diterapkan di beberapa negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil pertanian terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, warna, aroma dan tekstur yang lebih baik daripada yang menggunakan pertanian anorganik.

Selama ini limbah organik yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud.

A.Bahaya Pestisida bagi Generasi Bangsa

Menurut WHO (World Health Organization), selama beberapa tahun terakhir ini banyak bermunculan penyakit akibat keracunan zat kimia yang digunakan untuk pertanian (pestisida dan pupuk kimia).  Produk pertanian yang memiliki residu bahan kimia beracun dapat memicu proses degradasi kronik, penuaan dini, dan penyakit degeneratif.

Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.  Pestisida kimia bersifat polutan sehingga dapat menyebarkan radikal bebas yang mengakibatkan kerusakan organ tubuh, mutasi gen, dan gangguan susunan saraf pusat.

Pestisida yang disemprotkan ke tanaman akan masuk dan meresap ke dalam sel-sel tumbuhan, termasuk ke bagian akar, batang, daun, dan buah.  Jika buah atau daun ini termakan oleh manusia maka racun atau residu bahan kimia beracun ikut masuk ke dalam tubuh manusia.

B.Bertanam secara Organik

Budidaya tanaman secara organik merupakan salah satu solusi di tengah kecemasan masyarakat terhadap bahaya pestisida dan pencemaran lingkungan.  Atas dasar kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan, pertanian organik muncul sebagai salah satu alternatif pertanian modern dengan mengandalkan bahan alami dan menghindari bahan sintetik.  Melalui metode bertanam secara organik diharapkan dapat menghasilkan pangan yang sehat dan bebas residu pestisida, sekaligus tidak menyebabkan pencemaran pada lingkungan.

Pangan sehat atau lebih dikenal dengan istilah pangan organik merupakan produk pertanian yang diproduksi dan ditumbuhkan dari bahan-bahan organik.  Pangan organik dihasilkan dari sistem penanaman yang terbebas dari unsur-unsur kimia, baik pupuk kimia maupun pestisida kimia.

Pupuk yang digunakan untuk budidaya tanaman berasal dari alam, seperti pupuk kandang dan kompos.  Sementara itu, pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman menggunakan musuh alaminya atau pestisida organik (biopestisida).  Artinya, seluruh proses pangan organik dilakukan secara alami, mulai budidaya hingga pengolahannya.

Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibandingkan dengan hasil budidaya pertanian konvensional.  Beberapa kriteria yang memiliki nilai lebih diantaranya rasa lebih enak, penyimpanan lebih lama, warna lebih menarik, dan lebih menyehatkan karena tidak mengandung bahan kimia.

Sistem pertanian organik menjadi trend dan terus berkembang karena dapat menghasilkan produk yang lebih sehat untuk dikonsumsi.  Secara fisik, penampilan produk organik tidak berbeda dengan produk non-organik, tetapi kualitas produk organik lebih baik dibandingkan dengan produk non-organik.

C.Manfaat Pangan Organik

Pangan organik yang mengandung berbagai nutrisi penting cukup baik untuk mendukung sistem pencernaan, membantu sistem kekebalan tubuh, memenuhi nutrisi yang penting bagi otak, dan detoksifikasi hati.  Pangan organik mengandung antioksidan yang cukup banyak memiliki rasa yang lezat, serta aman untuk bayi dan anak-anak.

Selain itu, pangan organik secara tidak langsung dapat membantu membersihkan darah, membuang racun yang menumpuk pada sel, membentuk regenerasi sel-sel baru, menjaga keseimbangan asam-basa, dan sebagai suplemen makanan atau vitamin.

Berikut tiga kelebihan produk organik:

Kandungan zat antioksidan lebih banyak, khususnya kandungan fenol dan asam salisilat.

Kandungan vitamin C dan mineral lebih banyak, khusunya pada sayuran dan buah.

Seratus persen tidak mengandung residu pestisida yang beracun.

Kesehatan tubuh sangat tergantung pada makanan yang dikonsumsi.  Dengan mengonsumsi makanan yang sehat, kondisi tubuh akan tetap sehat.  Salah satu jenis makanan sehat adalah pangan yang dibudidayakan secara organik.  Pangan yang dihasilkan melalui budidaya organik mengandung zat gizi tinggi dengan rasa yang lebih enak.

Berdasarkan hasil berbagai penelitian diketahui bahwa konsentrasi metabolit pestisida pada anak-anak yang mengonsumsi pangan non-organik lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang mengonsumsi tanaman organik.  Selain itu, hasil pemeriksaan di laboratorium menunjukkan bahwa tanaman dari hasil budidaya organik mengandung 58 % zat polifenoloid, yaitu zat ayng mengandung antioksidan yang berguna untuk mencegah penyakit kanker.

Produksi pangan organik tidak hanya mengacu kepada proses produksinya, tetapi juga proses pengolahan makanan tersebut.  Produk pertanian yang dihasilkan dari budidaya organik terbukti tidak mengandung racun.  Saat ini masyarakat lebih cenderung memilih bahan-bahan pangan organik (organic food).  Pasalnya adanya gerakan gaya hidup sehat ”back to” mendorong masyarakat untuk selektif memilih makanan yang sehat dan organik.

UNTUK MEMBELI PRODUK KAMI (KLIK SINI)

BACA JUGA DISINI : Sejarah Peternakan Di Indonesia (KLIK SINI)

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *