Lahan kosong seluas 200 m2 di marka Brigade Infantri (Brigif) Para Raider 1 Kujang I di Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok Jawa Barat, itu kini terlihat asri. Disana berjejer rapi 6 perangkat hidroponik yang memiliki dua model berbeda. Tiga perangkat di antaranya terdiri atas 6 pipa polivinil klorida (PVC) yang disusun secara berundak yang ditopang rak yang juga berbahan pipa PVC.
Di setiap pipa terdapat 11 lubang tanam atau total 66 lubang tanam setiap perangkat. Sementara model tiga perangkat lainnya berupa rak berbentuk huruf A Setiap sisi terdiri atas 6 pipa PVC atau total 12 pipa. Pada setiap pipa terdapat 12 lubang tanam atau total 144 lubang tanam per perangkat.
Lahan Sempit
Saat Trubus berkunjung pada pertengahan November 2016, hampir seluruh tanaman siap panen. “Beberapa lubang tanam sudah dipanen dan kembali ditanami,” ujar Ketua Persit Kartika Chandra kirana CabangX Brigif Para Raider 17/Kujang I, Eva Hengki. Eva bersama rekan-rekan pengurus Persit Kartika Chandra Kirana(KCK) CabangX Brigif Para Raider 17/Kujang I mulai membudidayakan sayuran dengan teknik hidroponik sejak 1 Oktober 2016.
Ketika itu Ketua Persit Kartika Chandra kirana Koordintor Cabang (Koorcab) Divisi infantri (Divif) I PG Komando Strategi Angkatan darat (Kostrad), Annies Putranto, menggagas lomba hidroponik untuk seluruh cabang daan ranting sejajaran Koorcab Divif I PG Kostrad dalam rangka hari ulang tahun ke 70 Tentara Nasional Indonesia (TNI). Annies nemang hobi bercocok tanam, terutama dengan teknik hidroponik.
Baca Juga
Sukses Menanam Kacang Panjang (klik disini)
Ia sukses mengembangkan hidroponik Taman Chanti Dharma, Kompleks Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara nasional Indonesia (PMPP TNI), Indonesian peace and Security Center (IPSC), di Kecamatan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Annies menggelar lomba hidroponik untuk memacu para anggota memanfaatkan lahan di lingkungan asrama di masing-masingcabang dan ranting.
“Selain itu juga untuk memberi aktivitas bagi para istri anggota yang ditinggalkan bertugas,” ujarnya. Sebelum lomba ia memberikan pelatihan hidroponik kepada semua peserta lomba sebagai pengetahuan dasar pada 25 Agustus 2016. “Setelah itu ya beri waktu sebulan untuk membuat perangkat dan uji coba di masing-masing kesatuan,” ujar annies.
Pada 1 Oktober 2016 lomba serentak mulai dengan melakukan penyemaian benih. Setiap pekan seluruh peserta lomba wajib mengirimkan video perkembangan pertumbuhan sayuran yang dibudidayakan. Pada umur 2-3 pekan setelah tanam Annies bersama 3 juri lain mulai melakukan penilaian pada 27 peserta. Tim juri menilai kondisi daun, batang, dan akar.
Peserta memperoleh nilai tinggi bila kondisi daun tampak hijau dan tak ada gejala serangan hama dan penyakit, seperti bintik bintik, daun belang dan berlubang. Sementara kondisi batang ideal berwarna putih berseri, batang berdiameter minimal 1 cm saat umur 2-3 pekan. Kondisi akar juga harus putih bersih, tidak berlumut dan rambut akar tumbuh panjang.
Berlanjut…
Annies menuturkan tim juri juga menilai kondisi nutrisi, seperti suhu, konsentrasi dan tingkat keasaman (PH) larutan. Suhu larutan harus berkisar 22-28’c. Konsentrasi nutrisi juga harus sesuai dengan umur tanaman. Pada umur sepekan konsentrasi nutrisi 1000 bagian per sejuta (ppm), dan 4 pekan (1.400 ppm). Sementara tingkat keasaaman nutrisi harus berkisar 5,5-7.
Dari hasil penelitian itu hidroponik yang dikelola Persit Kartika Candhra Kirana Cabang X Brigif Para Raider 17 Kujang I menjadi juara pertama. Sementara Persit Kartika Candhra Kirana Ranting 4 Batalyon Infantri (Yonif) 323/ Raider Cabang XI Brigif 13 di Kota Banjar, Jawa Barat, meraih juara kedua. Ranting 4 Yonif Para Raider 17 Diteluk Jambe Kabupaten Karawang Jawa Barat, meraih juara ketiga.
Meski penilaian lomba hidroponik selesai, semangat para anggota Persit Kartika Chandra Kirana membudidayakan sayuran secara hidoponik tak surut. Contohnya para anggota Persit Kartika Chandra Kirana Cabang X Brigif Para Raider 12/Kujang I yang sukses menjadi juara. “Kami membuat jadwal perawatan setiap hari,” ujar Eva. Padahal untuk merawat sayuran hidroponik tetap perlu ketekunan tinggi. Ia juga membuka cafe yang menyajikan menu berbahan sayuran dari hasil budidaya secara hidroponik, seperti jus, pakcoi, pecel dan bakso malang. “Jadi di cafe ini para pengunjung juga bisa menambah pengetahuan dengan melihat langsung budidaya sayuran secara hidroponik,” tuturnya. (imam wiguna) (Trubus 565 – Desember2016/XLVII)