mengenal-gandum-di-dunia-pertanian

Gandum (Triticum spp.) adalah sekelompok tanaman serealia dari suku padi-padian yang kaya akan karbohidrat. Gandum biasanya digunakan untuk memproduksi tepung terigu, pakan ternak, ataupun difermentasi untuk menghasilkan alkohol. Pada umumnya, biji gandum (kernel) berbentuk opal dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras.

Berdasarkan tekstur kernel, gandum diklasifikasikan menjadi hard, soft, dan durum. Sementara itu berdasarkan warna bran, gandum diklasifikasikan menjadi red (merah) dan white (putih). Untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi winter (musim dingin) dan spring (musim semi). Namun, secara umum gandum diklasifikasikan menjadi hard wheat, soft wheat dan durum wheat.

1. T. aestivum (hard wheat)

T. aestivum adalah spesies gandum yang paling banyak ditanam di dunia dan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti karena mempunyai kadar protein yang tinggi. Gandum ini mempunyai ciri-ciri kulit luar berwarna coklat, bijinya keras, dan berdaya serap air tinggi. Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima butir gabah.

2. T. compactum (soft wheat)

T. compactum merupakan spesies yang berbeda dan hanya sedikit ditanam. Setiap bulirnya terdiri dari tiga sampai lima buah, berwarna putih sampai merah, bijinya lunak, berdaya serap air rendah dan berkadar protein rendah. Jenis gandum ini biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kadang-kadang membuat roti.

3. T. durum (durum wheat)

T. durum merupakan jenis gandum yang khusus. Ciri dari gandum ini ialah bagian dalam (endosperma) yang berwarna kuning, bukan putih, seperti jenis gandum pada umumnya dan memiliki biji yang lebih keras, serta memiliki kulit yang berwarna coklat. Gandum jenis ini digunakan untuk membuat produk-produk pasta, seperti makaroni, spageti, dan produk pasta lainnya.

4. Syarat tumbuh tanaman gandum

a. Iklim

  • Ketinggian diatas lahan yang sesuai 800 m dpl
  • Suhu Optimum 20 ­ 25° C
  • Curah hujan 600 ­ 825 mm/tahun
  • Kelembapan rata­rata 80 ­ 90%
  • Intensitas penyinaran 9 ­ 12 jam/hari

b. Tanah

  • Jenis tanah adalah Andosol, Regosol kelabu, Latosol dan Aluvial
  • pH tanah berkisar 6 ­ 7
  • Syarat  tanah  yang  baik  untuk  pertumbuhan  tanaman  gandum adalah :

a). hara yang diperlukan  cukup  tersedia, b).  tidak ada zat toksit, c). kelembaban mendekati kapasitas lapang, d). suhu tanah  rata­rata  berkisar  15  ­  28°  C,  e).  aerasi  tanah  baik,  f).tidak  ada  lapisan  padat  yang  menghambat  penetrasi  akar gandum untuk menyusuri tanah.

c. Cara Pengolahan Tanah

  • Tanah  dicangkul  sedalam  25  ­  30  cm  setelah  tanah  dicangkul, dibiarkan/diangin­anginkan selama 7 hari
  • Penggemburan  tanah  dilakukan  agar  bongkahan  tanah menjadi butiran yang lebih halus
  • Kemudian  tanah diangin­anginkan  selama 7 hari agar  terhindari dari unsur­unsur beracun yang kemungkinan ada di dalam tanah

d. Pembuatan Bedengan

  • Setelah  tanah diolah/digemburkan dibuat bedengan  selebar 200 cm. Panjang bedengan menyesuaikan kondisi lahan
  • Diantara bedengan dibuat selokan selebar 50 cm dan sedalam 25 cm
  • Tanah  dari  galian  selokan  diambil  dan  ditaburkan  diatas bedengan sehingga menambah tinggi bedengan
  • Permukaan  bedengan  dihaluskan  dan  diratakan  sehingga  rata benar
  • Pada  setiap  bedengan  nantinya  terdapat  ±  8  barisan  tanaman dengan jarak antar baris 25 cm.

e. Penanaman

Varietas  yang  ada  dan  pernah  dikembangkan  di  Indonesia  baru beberapa  varietas  di  antaranya  Nias,  Timor,  Selayar  dan  Dewata namun  dari  ke  4  varietas  tersebut  yang  banyak  di  tanam  oleh petani varietas Selayar dan Dewata.

f. Kebutuhan Benih

Benih  yang  digunakan  hendaknya  benih  bermutu,  hal  ini  sangat penting  disamping  untuk menghasilkan  produksi  yang  tinggi  juga tahan  terhadap  hama  dan  penyakit  yang  menyerang.  Kebutuhan benih  per  hektar  100  kg  atau  sama  dengan  1  kg/100 m²  dengan sistim  larikan  jika  ditanam  dengan  sistim  tugal  kebutuhan  benih bisa kurang dari 100 kg/ha.

g. Waktu Tanam

Waktutanam yang tepat adalah pada awal musim kemarau dan di akhir musim penghujan, pada sebagian besar daerah di Pulau Jawa biasanya  berada  di  antara  bulan  April  ­ Mei  dimana  di  perkirakan curah  hujan  tidak  terlalu  tinggi.  Namun  demikian,  ada  beberapadaerah yang waktu tanamnya tidak pada bulan­bulan tersebut. Hal ini dikarenakan pada daerah  tersebut mempunyai musim kemarau dan penghujan yang berbeda.

h. Cara Bertanam

  • Buat alur/larikan pada bedengan dengan jarak antara 25 cm.
  • Benih  yang  akan  ditanam,  dicampur  terlebih  dahulu  dengan Dithane.
  • Benih  dimasukan  dalam  alur  sedalam  3,5  cm  dengan  cara seretan.
  • Taburi  Furadan  ditempat  biji  dalam  alur,  kemudian  ditutup dengan  tanah  halus.  Pemberian  Furadan  dimasukan  agar  benih tidak terkena hama dan penyakit.

i. Pengairan

  • Pada  waktu  setelah  tanam  yang  diikuti  pemupukan  ke  I  lahan perlu diairi agar benih berkecambah dan dapat  tumbuh dengan baik.
  • Pada waktu tanaman berumur 30 HST (hari setelah tanam) yaitu pada waktu setelah penyiangan dan pemupukan ke  II,  tanaman perlu diairi agar dapat menyerap pupuk dengan baik.
  • Waktu  tanaman  berumur  45  ­  65  HST  yakni  pada  waktu  fase bunting  sampai  keluar malai,  tanaman  perlu  diairi  agar  jumlah bunga dan biji yang dihasilkan banyak.
  • Pada fase pengisian biji sampai masak (± 70 ­ 90 HST) tanaman perlu diairi agar tidak menurunkan berat biji yang dihasilkan.

j. Pemupukan

Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum  tanam atau pada saat tanam sebagai pupuk dasar. Pupuk pertama diberikan TSP dan KCl serta sebagaian pupuk N. Dosis pupuk dapat ditentukan oleh jumlah hara  yang  tersedia  didalam  tanah.  Biasanya  pupuk  organik  10 ton/ha, sedangkan pupuk anorganik 120 ­ 200 kg N/ha, P 45 ­ 150 kg/ha dan 30 ­ 70 kg K/ha. Pemberian pupuk Urea dapat diberikan 2 ­ 3 kali.

Pemberian I  : Sepertiga  bagian  bersama  dengan  pupuk  P  dan  K dalam bentuk pupuk majemuk.

Pemberian II  : Sepertiga bagian pada saat bertunas sekitar 25 ­ 30 hari setelah tanam.

Pemberian III : Sisanya  pada  saat  pembentukan  primordia  bunga untuk  mendorong  pembentukan  malai,  butir gandum dan peningkatan protein.

k. Penyiangan

Penyiangan  dilakukan  2  ­  3  kali  tergantung  banyaknya  populasi gulma.

Penyiangan I  : tanaman berumur 1 bulan

Penyiangan II : dilakukan 3 minggu dari penyiangan pertama

Penyiangan III :  tergantung  banyaknya  dan  tingginya  populasi

gulma.

Baca juga : Mendapat Untung Dari ternak Landak Mini (klik disini)

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *