MENGENAL-PENYAKIT-LUKA-API-PADA-TEBU

Salah satu jenis penyakit yang menjadi momok bagi kalangan petani tebu adalah luka api. Serangan jamur Sporisorium scitamineum yang menjadi biang keladi munculnya penyakit ini bahkan bisa mengakibatkan petani tebu gagal panen.

Penyakit luka api (smut) atau gosong merupakan salah satu ancaman serius pada budidaya tanaman tebu di seluruh dunia. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1881 dan serangan yang parah terjadi pada tahun 1979 dan 1995. Setelah dalam kurun waktu yang cukup lama tidak ada laporan tentang serangan penyakit ini, namun beberapa tahun terakhir, kembali terjadi serangan penyakit smut di beberapa wilayah penanaman tebu di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Serangan penyakit api diduga karena lalu lintas varietas tebu yang rentan, teknik budidaya yang diterapkan kurang baik, perubahan iklim, dan patahnya ketahanan varietas. Penyakit ini dikhawatirkan menjadi epidemi karena mudah menyebar.

Penyakit api perlu dicegah sedini mungkin agar serangannya tidak meluas. Penyebabnya adalah Sporisorium scitamineum, patogen ini menginfeksi jaringan muda melalui bagian meristem pada mata tunas lateral. Miselia patogen tumbuh di dalam jaringan tunas sehingga berbentuk seperti cambuk diselimuti sporal tebal dari pangkal hingga ujung.

Patogen penyebab penyakit ini juga mampu membentuk teliospora, yakni struktur istirahat yang terbentuk ketika kondisi lingkungan kurang menguntungkan. Teliospora mampu membuat patogen bertahan di perkebunan selama dua tahun lamanya.

Ciri-ciri tanaman tebu yang terkena luka api di antaranya dapat dilihat dari bagian ujung tanaman yang berbentuk seperti cambuk dan berwarna hitam, daun tipis dan kaku, serta muncul anakan-anakan tanaman tebu yang berukuran kerdil, menyerupai rumput.

Infeksi tanaman tebu yang terkena luka api dapat dengan mudah menyebar ke tanaman tebu lainnya, serta meluas dengan cepat akibat bantuan angin.

Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat sistemik. Usaha pengendalian berupa penyediaan bahan tanam bebas penyakit serta pengurangan sumber-sumber inokulum dan pencegahan penularan sangat diperlukan. Penekanan sumber inokulum salah satunya dapat dilakukan dengan perlakuan perendaman bahan tanam. Perlakuan perendaman ini dapat berupa dengan air panas 52oC selama 30 menit maupun dengan perendaman dalam larutan fungisida berbahan aktif propikonazol dan kaptafol. Usaha sanitasi kebun dari tanaman sakit dapat menekan penularan penyakit serta mencegah bahan tanam yang mengandung jamur.

Selain dengan kedua cara tersebut, perakitan varietas tebu yang tahan merupakan cara yang efektif guna mengendalikan penyakit ini. Cara ini telah banyak dilakukan di berbagai negara produsen tebu dunia seperti Cina, Australia, Amerika dan Brazil. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa kerabat liar tebu seperti Saccharum spontaneum atau glagah dan Erianthus spp. Memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit ini. Persilangan tebu dengan beberapa kerabat liarnya berpotensi untuk menghasilkan varietas tahan.

KONTEN MENARIK TENTANG DUNIA AGRIBISNIS (KLIK SINI)

BACA JUGA DISINI : MANFAAT BUAH CERMAI UNTUK KESEHATAN (KLIK SINI)

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *