Pemprov Jatim berkomitmen mewujudkan kedaulatan pangan nasional melalui pemanfaatan agriculture technology (agritech) dan hilirisasi produk pertanian. Sebab, potensi produk pertanian di Jatim sangat besar dan provinsi dengan produsen padi terbesar di Indonesia.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa Jatim masih menjadi provinsi penyumbang terbesar sebagai lumbung pangan nasional di tahun 2021. Itu dihitung berdasar angka sementara produksi padi yang dirilis oleh BPS Jatim. Dengan total 9.91 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
“Tentu bentuk komitmen Jatim turut mewujudkan kedaulatan pangan nasional. Dan alhamdulillah, Jatim merupakan provinsi penghasil padi terbesar se Indonesia,” kata Khofifah, Kamis (3/2/2022).
Kini, Khofifah memiliki misi khusus. Yakni memaksimalkan produksi padi di Jatim agar bisa menjadi beras premium. Karena, sebagian besar produksi padi di Jatim masih menjadi beras medium.
“Karena kandungan air dalam beras yang masih tinggi. Selain itu, masih banyak gapoktan yang belum memiliki dryer,” kata Khofifah.
Untuk itu, dia meminta gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang belum memiliki dryer dan Rice Milling Unit (RMU) untuk berkomunikasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim.
“Ketika kandungan air tinggi, kemudian diproses menggunakan penggilingan biasa maka berasnya remuk. Jadi kita butuh dryer dan RMU untuk jadi beras premium,” papar Khofifah.
Dia menambahkan bahwa proses menjadikan beras medium ke premium harus dimaksimalkan. Sebab, kesejahteraan untuk para petani akan bisa tercapai.
Khofifah menambahkan, hal lain yang harus diperhatikan adalah soal hilirisasi produk pertanian. Sebab, UMKM adalah tulang punggung ekonomi Jatim. Untuk itu, penting bagi pelaku UMKM sektor pertanian untuk melakukan transformasi digital.
Terkait standardisasi kehalalan suatu produk makanan dan minuman, Khofifah mengatakan bahwa itu membutuhkan serangkaian proses pengecekan di laboratorium. Tahun ini, pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) menargetkan 10 juta item atau produk tersertifikasi halal.
Dia melanjutkan bahwa Pemprov Jatim terus mendorong berbagai upaya penguatan, pendampingan, dan pemberdayaan kepada UMKM yang produknya dari hasil pertanian dan perikanan.
“Kedua sektor ini terbukti tidak terkontraksi saat pandemi covid-19,” kata Khofifah.
Pemprov Jatim juga terus mendorong akselerasi peningkatan produksi sektor pertanian dan perikanan dari hulu hingga hilir. Salah satunya melalui diversifikasi dan memberikan nilai tambah pada produksi pertanian dan perikanan. Untuk itu, dalam proses ini tidak hanya petik, olah, kemas dan jual, namun yang harus diperhatikan adalah proses tanamnya serta pasca panennya.
“Pada proses seperti ini nilai tambah itu biasanya kalau kita lihat pasca panen itu ya diolah dan dikemas. Jadi pengolahan dan pengemasan harus menjadi satu kesatuan. Tadi saya sampaikan bahwa setelah diolah dan dikemas itu tidak cukup tapi harus distandardisasi kualitasnya agar pasarnya kuat dan besar” terang Khofifah.
“Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, kita diminta untuk menyiapkan generasi muda menghadapi era Revolusi Industri 4.0 dan era society 5.0, salah satunya di sektor pertanian. Para petani milenial ini juga yang akan menjadi tonggak regenerasi petani Indonesia. Menjadi andalan menuju pertanian yang maju, mandiri, dan modern,” tandas Khofifah.
CEK VDEO SELENGKAPNYA (KLIK SINI)
BACA JUGA DISINI : Manfaat & Khasiat Buah Duwet untuk Kesehatan (KLIK SINI)