Menjaga lingkungan agar tetap bersih adalah tanggung jawab kita bersama, tidak terkecuali bagi pemilik peternakan. Para pelaku bisnis sudah semestinya untuk tidak hanya memikirkan aspek ekonomi saja, namun juga aspek kesehatan lingkungan hidup. Di industri peternakan, isu lingkungan bukan hal baru lagi, namun hanya beberapa perusahaan saja yang sudah menerapkan sistem zero waste. Istilah zero waste adalah sebuah sistem yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih, aman, sehat, dan tanpa meninggalkan limbah. Hal ini bisa terlaksana dengan mendorong perusahaan peternakan untuk berintegrasi dengan perusahaan pertanian, perkebunan, atau perusahaan lainnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menujukkan setidaknya ada 140 perusahaan peternakan berbadan hukum di Indonesia.
Solusi pemanfaatan limbah ternak
Limbah peternakan terdiri dari limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah padat berupa feses, sisa pakan, dan bangkai, sedangkan limbah cair berupa urine. Limbah feses dan urine yang dibiarkan menumpuk di sekitar area kandang menimbulkan banyak bakteri dan memicu tumbuhnya virus yang akan berdampak pada banyaknya ternak yang terserang penyakit. Namun limbah yang dibuang sembarangan pun dapat mencemari lingkungan sekitar. Akibatnya, penyakit kulit yang dialami warga sekitar kandang seperti gatal-gatal sering mengkambinghitamkan perusahaan peternakan.
Limbah peternakan lainnya adalah gas metana (CH4) yang berasal dari sendawa, kentut sapi, dan feses sapi. Gas metana merupakan gas tidak berbau yang menimbulkan efek rumah kaca penyebab pemanasan global. Sekitar 5 persen gas metana diproduksi dari kegiatan pertanian (termasuk peternakan). Dari jumlah tersebut, sektor peternakan ruminansia menyumbang angka sebesar 60 persen. Laporan Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa gas metana yang dihasilkan kegiatan peternakan dan pertanian terus meningkat dari 50 tahun terakhir. Kendati demikian, hasil penelitian IPB University menunjukkan gas metana dari aktivitas peternakan dapat dikurangi menggunakan ransum dengan bahan pakan yang mengandung tannin.
Limbah industri peternakan dapat dimanfaatkan sebagai produk sampingan yang memiliki nilai jual. Kita mungkin biasa menjumpai instalasi biogas di rumah peternak rakyat, hal ini merupakan salah satu upaya memanfaatkan limbah agar tidak terbuang sia-sia. Biogas yang berisi gas metana serta karbondioksida (CO2) bisa dimanfaatkan peternak untuk menghidupkan kompor sebagai pengganti gas LPG dan dapat menghidupkan listrik rumah. Bukan tidak mungkin nantinya perusahaan peternakan berintegrasi dengan perusahaan energi dengan memanfaatkan gas metana hasil aktivitas peternakan.
Pemanfaatan limbah feses dan urine cenderung diabaikan di tingkat peternakan rakyat. Padahal ada potensi pemanfaatan limbah kotoran ternak seperti di buat pupuk kompos bukan hanya itu jika di maksimalkan bisa menambah pendapatan. Kebanyak orang belum tahu bahwa ada metode pengolahan kompos dengan cepat, jadi proses pengomposan tidak perlu waktu sampai 1 bulan cukup 1 – 2 hari saja kompos kotoran ternak sudah bisa di gunakan caranya dengan memakai AKTIVATOR KOMPOS FORMULA MSG 3. Kalian bisa mencobanya sebagai solusi dari pemanfaatan limbah kotoran ternak. Penggunaan pupuk kandang sangat baik untuk kesehatan tanah. Pupuk kandang memelihara mikroorganisme dan biota tanah tetap hidup sehingga tanah lebih subur. Urine ternak ruminansia dapat diolah sebagai pupuk cair dan pestisida alami. Kandungan urine berupa nitrogen (N) inilah yang dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk bagi tanaman. Perlu adanya pengolahan berupa fermentasi baik secara anaerob maupun aerob agar urine bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Bau khas urine juga dapat dimanfaatkan peternak sebagai pengusir hama bagi tumbuh-tumbuhan.
TUTORIAL MEMBUAT PUPUK ORGANIK DARI KOTORAN KAMBING (KLIK SINI)
BACA JUGA DISINI : Jenis Belut Laut Di Indonesia (KLIK SINI)