Saat ini, kompos menjadi komoditi yang banyak dicari. Kompos merupakan modifikasi tanah hasil dari penguraian campuran-campuran bahan organik. Nama lainnya adalah ‘Black Gold’. Kepopulerannya semakin meluas ketika masyarakat millennial mulai menggunakannya dalam berkebun.
Kepopuleran kompos bukan tanpa alasan, ia memiliki banyak manfaat. Pertama, pengomposan dilakukan dengan mendaur ulang bahan organik dan mengurai limbah. Kedua, mengisi ulang tanah yang telah habis, dan meningkatkan kesuburan tanah. Proses pengomposan dapat dilakukan hampir di setiap lingkungan, meski dengan cara berbeda.
Di era produksi dan konsumsi pangan yang boros, pengomposan menjadi solusi yang baik untuk mengatasi limbah makanan. Bagi banyak tukang kebun modern pengomposan mungkin konsep yang cukup baru. Namun, jika menyelam ke dalam buku-buku sejarah, maka fakta menunjukkan praktek ini telah dilakukan selama pertanian itu sendiri.
A. Metode kuno
Penerapan bahan organik untuk pertanian mulai digunakan sekitar Zaman Batu. Bukti arkeologi dari Kepulauan Inggris menunjukkan bahwa Skotlandia menggunakan kompos untuk pertanian skala kecil sejak 12.000 tahun lalu.
Petani saat itu kemungkinan membajak dan menanam tumpukan kompos langsung di tempat asal, bukan dengan memindahkan kompos ke dalam bidang khusus. Mereka mengubah tumpukan kompos menjadi bidang-bidang dan menanam langsung di dalamnya.
Butuh 10.000 tahun sebelum seseorang akhirnya menulis tentang penggunaan kompos dari Zaman Batu. Akkadians di Mesopotamia merupakan kerajaan pertama yang menerapkan birokrasi fungsional. Kerajaan ini menyimpan catatan dengan mencorat-coret paku ke lempeng tanah liat. Beberapa lempeng dari pemerintahan Raja Sargon sekitar 2300 SM, diyakini memuat referensi tertulis terkait kompos era awal.
Praktek ini tidak terbatas pada Mesopotamia saja, petani Mediterania di Yunani dan Italia memiliki siklus limbah pertanian dari satu operasi pertanian ke pertanian yang lain. Lalu, petani Cina secara teratur membuahi sawah mereka dengan anaerob (tanpa oksigen), salah satu teknik pengomposan.
Orang-orang Barat baru menemukan metode pengomposan kuno di Afrika dan hutan hujan Amazon. Di Amerika Utara, penduduk asli Amerika membungkus benih untuk melengkapi ketersediaan hara.
Semakin lama kompos semakin berkembang dengan berbagai metode dalam pembuatanya metode yang di gunakan antara lain :
B. Pupuk Bokashi
Pupuk Bokashi merupakan pupuk organik yang bahan-bahannya terbuat dari kotoran hewan dan tumbuhan. Ciri-ciri khusus dari pembuatan pupuk bokashi adalah mikroorganisme yang digunakan yaitu EM4 tetapi tidak menutup kemungkinan jika menggunakan aktivator alami seperti cairan MOL. Selain itu proses pembuatan pupuk bokashi relatif lebih cepat yaitu 1-14 hari sejak pengomposan alias pembuatan pupuk kompos.
C. Pupuk Kompos Takakura
Dari sisi teknik pembuatan, pupuk kompos takakura merupakan salah satu pupuk yang mudah dibuat di tataran rumah tangga. Pembuatan kompos Takakura bisa menjadi solusi bagi Anda yang ingin membuat kompos namun tidak memiliki lahan kosong yang cukup. Jika dilihat dari segi fungsi, kompos Takakura ini tidak jauh dari pupuk organik lainnya yaitu sebagai media pengurai bagi sampah organik yang dihasilkan dari limbah rumah tangga, namun yang menjadi ciri khas adalah tempat membuat komposnya yaitu menggunakan keranjang. Keranjang ini sering disebut dengan keranjang takakura. Nama Kompos Takakura sendiri diambil dari nama penemu pupuk kompos ini yaitu Mr. Koji Takakura.
D. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Windrow Composting
Metode open windrow adalah salah satu metode sistem pengelolaan sampah dengan aliran udara terbuka atau mengandalkan bakteri anaerob. Aliran udara yang dimaksud merupakan proses untuk membantu fungsi bakteri saat terjadi proses pengolahan sampah rumah tangga. Kalaupun udara terpenuhi, dalam pengelolaannya pun harus dilakukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mencapai hasil yang maksimal. Sebab, tercapainya hasil yang baik kuncinya terletak pada ketaatan dari para pengolahnya terhadap cara ini.
E. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Berkeley
Bahan dasar yang digunakan adalah: dua bagian bahan organik kaya selulosa dan satu bagian bahan organik kaya nitrogen dengan nilai rasio C/N 30:1. Bahan disususn berlapis-lapis hingga ketebalan berukuran 2,4×2,2×1,5 m. Setelah 2-3 hari proses pengomposan berjalan terbentuk suhu tinggi, secara berkala kompos harus dibalik. Setelah hari ke-10, suhu mulai menurun dan bahan berubah menjadi remah dan berwarna coklat gelap. Pengomposan selesai setelah dua minggu.
F. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Vermikompos
Memanfaatkan cacing sebagai perombak bahan organik. Kotoran cacing yang disebut kascing kaya N, P,K, Ca, dan Mg yang tersedia bagi tanaman, mengandung vitamin, enzim, dan mikroorganisme. Vermikompos dibuat dengan menggunakan kotak dari papan kayu atau kotak plastik yang sudah tidak terpakai atau dengan skala besar. Tiga tahap pembuatan vermikompos, (1) pengadaan bahan organik, (2) perbanyakan cacing tanah, (3) proses pengomposan.
G. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Bangalore
Metode ini mempunyai banyak kelemahan. Selama proses pengomposan berlangsung, maka bahan yang dikomposkan harus selalu berada dalam lubang atau bak pengomposan. Selama proses pengomposan tidak dilakukan penyiraman atau pembalikan karena timbunan kompos ditutup dengan tanah atau lumpur, maka penyiraman harus cukup banyak sampai proses selesai. Setelah 8-10 hari proses berjalan secara aerob, selanjutnya proses berjalan semi-aerob. Proses ini berjalan lambat dan sedikit-demi sedikit sehingga diperlukan waktu 6-8 bulan, sampai kompos siap dipakai. Proses ini tidak terjadi kehilangan karbon maupun nitrogen,sehingga kualitaskompos sangat tergantung pada bahan dasar yang digunakan.
H. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Jepang
Sebagai pengganti lubang galian digunakan bak penampung yang terbuat dari anyaman kawat atau bambu, ban mobil bekas yang disusun bertingkat, atau bahan lain yang tersedia setempat. Dinding bak dirancang sedemikian rupa sehingga aerasi berjalan dengan lancar. Bagian dasar dari bak ditutup rapat dengan tujuan untukmenghindarkan terjadinya pelindian unsur hara ke tanah yang ada di bawahnya.
Bahan dasar kompos yang cocok untuk metode Jepang adalah: kotoran sapi dan kotoran ayam, rumput,daun segar dan kering limbah tanaman dan gulma, limbah agroindustri (belotong, limbah pabrik pengalengan sayuran dan buah), bahan mineral (batuan fosfat), sampah kota dan rumah tangga serta limbah padat dan cair yang berasal dari instalasi penyehatan.
I. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Kraal
Pembuatan komposdengan cara ini cocokuntuk daerah yang mempunyai iklimdengan curah hujan tinggi atau kelembabanudara tinggi. Cara ini lebih baik dibuat di tempat yang banyak memelihara ternak. Bahan utama yang digunakan adalah jerami, batang jagung, daun, rumput sisa makanan ternak, dan alas tidur ternak.
J. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Heat and Trench Methode
Pembuatan kompos dengan metode heat and trench seperti cara pertama (cara kraal), yakni tanah yang digunakan untuk pembuatan kompos dipadatkan terlebih dahulu. Ukuran timbunan adalah panjang sekitar dua meter. Umumnya, tanah digali sedalam 50-75 cm dan bahan yang akan dikomposkan ditimbun setinggi 100 -150 cm. Jadi, sedalam 50-75 cm terletak di bawah permukaan tanah dan 50-75 cm di atas permukaan tanah.
K. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Turning of Compost Heats
Cara pembuatan kompos ini menyerupai kraal methode, yakni sisa tanaman ternak dan sampah ditimbun dan dicampur dengan kotoran ternaak. Aerasi dalam timbunan diusahakan berjalan lancar. Selama perombakan seringkali diadakan pembalikan timbunan. Pembalikan dan pencampuran pertama dilakukan sekitar dua minggu setelah penimbunan. Pada pembalikan pertama, dianjurkan agar pada timbunan ditambahkan bahan lain, misalnya kompos yang sudah lebih matang sebagai upaya innokulasi mikrobia atau kapur untukmenetralkan keasaman.
L. Metode Pembuatan Pupuk Kompos dengan Metode Save Paneling Cost Pengomposan dengan save paneling costmenggunakan bahan berupa sisa-sisa makanan, misalnya sampah halaman rumah, sampah pasar, atau sampah kota. Bahan-bahan tersebut ditimbun dengan ukuran panjang 27 feet, lebar 16 feet, dan tinggi 18 feet. Di atas timbunan diberi abu yang diratakan sebanyak dua karung, kemudian disiram dengan kotoran ternak.
BACA JUGA : Jenis Pakan Sapi Potong dan Perah Agar Cepat Gemuk (KLIK DISINI)