A.Sejarah Pertanian Organik
Sistem pertanian organik sebenarnya adalah sistem pertanian yang pertama kali dilakukan oleh manusia, bahkan sejak zaman manusia purba. Cara bertani yang dilakukan dengan memanfaatkan ekologi hutan diyakini sebagai salah satu sistem produksi pangan yang dilakukan pada masa prasejarah.
Campur tangan bahan kimia dimulai dari penggunaan pupuk sintetis yang dibuat pada abad ke-18, dalam bentuk superfosfat. Menyusul kemudian pupuk dengan bahan dasar amonia yang diproduksi pada masa Perang Dunia I.
Pupuk ini diproduksi untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman pertanian demi terpenuhinya kebutuhan pangan yang meningkat akibat perang dunia. Penggunaan bahan kimia memang memberikan hasil yang lebih cepat dibanding dengan bahan alami, namun tentu berdampak terhadap lingkungan alami.
- Tahun 1920
Pada tahun 1920-an, para pakar biologi tanah mengembangkan teori biodinamika. Teori ini digunakan untuk menanggulangi dampak negatif penggunaan bahan kimia tanpa mengurangi hasil pertanian. Teori inilah yang kita kenal dengan sistem pertanian organik yang digunakan saat ini.
- Tahun 1940
Pertanian secara organik semakin berkembang dari waktu ke waktu. Awal tahun 1940-an, ahli biologi Inggris, Sir Albert Howard dan istrinya yang merupakan ahli fisiologi tanaman, Gabriel Howard, mengembangkan sistem pertanian organik di Eropa.
Keduanya terinspirasi dari pengalaman dan pengetahuan mereka tentang sistem pertanian tradisional yang didapatkan saat Gabriel Howard bekerja sebagai penasehat pertanian di daerah Pusa, Bengali, India.
Sepasang suami istri inilah yang pertama kali menggunakan prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian tradisional dan alami. Karena itulah, Howard dikenal sebagai ‘bapak pertanian organik’ dan apa yang mereka lakukan masih menjadi ‘kiblat’ oleh para petani organik dunia. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
B.Perkembangan di Indonesia
Sama seperti di beberapa negara lain, penerapan sistem pertanian organik telah dilakukan di Indonesia sudah sejak masa silam. Penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya masuk ke Indonesia pasca orde baru. Tujuannya, tentu untuk mempercepat proses pertanian demi tercapainya swasembada pangan.
Beruntung, masyarakat Indonesia kini telah disadarkan akan pentingnya hasil pertanian alami yang jauh lebih sehat. Indonesia pun kembali menggunakan sistem pertanian organik. Selain lebih sehat karena bebas dari bahan kimia, tentu juga dilatarbelakangi nilai ekonomi dan keuntungan yang lebih besar oleh penerapan pertanian dengan sistem organik.
C.Pertanian Organik di Indonesia
Sistem pertanian organik di Indonesia cocok untuk tanaman pokok pangan, seperti padi; tanaman hortikultura seperti sayur, buah, bunga, dan tanaman obat; tanaman perkebunan seperti kopi, teh, dan kelapa; kakao; serta rempah-rempah.
Syarat penting pengolahan pertanian organik adalah penggunaan prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Maksud dari prinsip kesehatan di sini adalah harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan, komponen yang saling terhubung, dan tidak terpisahkan.
D.Metode Pertanian Organik
Ada 2 hal yang perlu diingat bila ingin menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan ini, yaitu:
Pastikan tanah yang akan digunakan untuk area sawah benar-benar bersih dari paparan bahan kimia. Bila masih ada sisa pestisida, harus dibersihkan dulu dengan pupuk alami.
Memilih pertanian dengan sistem organik berarti telah memilih untuk bersabar. Prosesnya memang tidak secepat bila mengolah pertanian anorganik. Namun, dengan kesabaran yang lebih, juga akan didapatkan hasil yang memuaskan. Jadi, bila sudah memilih pola tanam organik, jangan sampai tergoda untuk kembali menggunakan pupuk berbahan kimia meski dalam jumlah yang sedikit.
E.Prospek Pertanian Organik
Pertanian organik di Indonesia memiliki prospek bisnis yang bagus. Pertama, harganya yang tinggi di pasar, akan memberi keuntungan yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani organik. Dibanding dengan pertanian anorganik, harga jual hasil pertanian alami bisa mencapai dua kali lipat bahkan lebih.
Akan semakin menguntungkan lagi, bila para petani dapat memanfaatkan limbah alami di sekitar untuk membuat pupuk kompos maupun pupuk kandang. Artinya, biaya pembelian pupuk bisa lebih dipangkas.
Kedua, untuk menerapkan sistem pertanian organik, petani tidak membutuhkan lahan yang luas, terlebih dalam satu lahan yangbisa ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Ditambah dengan memilih jenis sayur-sayuran yang bisa ditanam secara bergiliran, maka petani tak perlu pusing memikirkan lahan pertanian dan bisa melakukan panen secara terus-menerus.
F.Keuntungan Sistem Pertanian Organik
Selain memiliki harga jual yang tinggi, ada beberapa keuntungan lain dari menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan ini, antara lain:
1. Minat Terhadap Produk Organik
2. Menjaga Keseimbangan Ekosistem
3. Menjaga Kesuburan Tanah
4. Biaya Operasional Ringan Demi kesehatan dan keseimbangan ekosistem, tak ada salahnya bila kita mulai merintis pertanian organik mulai dari sekarang.
UNTUK MEMBELI PRODUK KAMI (KLIK SINI)
BACA JUGA DISINI : Pengendalian Cacingan pada Ternak Sapi (KLIK SINI)