Pohon sagu adalah salah satu jenis tanaman yang menjadi bahan makanan utama sebagian penduduk Indonesia, terutama masyarakat Indonesia timur. Sagu dijadikan makanan pokok karena mengandung karbohidrat tinggi. Selain itu, pada tanaman sagu terkandung banyak zat yang baik untuk tubuh serta memiliki manfaat lain yang dapat diambil dari bagian-bagian pohonnya.
A. Jenis Tanaman Sagu
Di Indonesia terdapat lima jenis sagu. Namun tidak semua jenis memiliki nilai ekonomis bila diusahakan. Arti ekonomis tanaman sagu ditentukan oleh kandungan karbohidrat tepungnya, jelas Mulni Arfa. Menurutnya, ada tiga jenis yang diketahui mengandung karbohidrat lebih banyak.
Ketiga jenis sagu tersebut adalah sebagai berikut. Metroxylon sagus, jenis sagu ini lebih dikenal sebagai sagu molat. Tanamannya tidak berduri sehingga sering disebut sagu perempuan. Tingginya sekitar 7 – 10 meter dengan diameter batang berukuran sedang, 60 – 70 cm. Daunnya panjang, tidak berduri dengan ujung meruncing, dan berwarna hijau. Empulurnya lunak berwarna putih, kandungan tepungnya tinggi dan rasanya enak. Jumlah anakannya sedang. Rata-rata produksi tepung kering sekitar 200 kg/pohon.
jenis sagu mutiara, jenis sagu tani, jenis sagu di indonesia, jenis sagu aren, jenis olahan sagu, jenis kuih sagu, masa jenis sagu, jenis spuit untuk sagu keju, jenis tepung sagu, pohon sagu berasal dari daerah, tanaman sagu berasal dari, sagu berasal dari pohon apa, bahan baku sagu berasal dari pohon
Metroxylon rumphii, batangnya dapat mencapai tinggi 10 – 12 meter dengan diameter 70 – 100 cm. Warna daun hijau pucat, pelepah daun sangat kuat dengan panjang 5 – 6 meter dan berduri pada pangkal sepanjang 1 – 4cm. Empulur sagu yang lazim disebut sagu tuni ini berwarna putih keabu-abuan, lunak dengan kandungan tepung sangat tinggi, tapi rasanya kurang enak. Produksi tepung keringnya rata-rata 340 kg / pohon. Anakannya banyak.
Metroxylon sylvester, tinggi batang sagu yang lebih dikenal dengan nama sagu inur ini mencapai 10 – 20 meter dengan diamter relatif lebih besar dari yang lain. Warna daun hijau tua dengan ujung meruncing dan membengkok ke bawah. Pelepah daun kuat dan berduri pada bagian pangkalnya. Empulurnya keras, berwarna kemerahan dan rasa tepungnya kurang enak. Kandungan tepungnya sedang.
Selain ketiga jenis sagu tersebut, ada juga jenis sagu lain yakni microcantum atau sagu duri rotan dan longispinum atau sagu maka-naru. Kedua jenis sagu ini nilai ekonominya kurang karena kandungan patinya sangat rendah.
B. Budidaya Pohon Sagu
Tanaman sagu yang paling banyak ditanam dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah jenis Metroxylon spp. Jenis ini lebih banyak ditemukan di daerah Riau dan Maluku.
Budidaya tanaman sagu memerlukan teknik dan cara khusus agar dapat berhasil. Sebab tanaman ini memiliki siklus pertumbuhan yang cenderung berbeda dengan tanaman lain.
Umumnya, sagu ditanam di kawasan tanaman di daerah rawa berair tawar atau sekitar sungai. Dengan ekosistem tersebut, tak heran jika tanaman ini tergolong tanaman yang membutuhkan konsumsi banyak air.
Sagu juga akan lebih tumbuh optimal tumbuh pada tanah dengan kandungan organik cukup tinggi. Kandungan organik pada tanah ini biasanya terkait dengan unsur kalsium, fosfat, potasium, dan magnesium.
1. Pengadaan Bibit Sagu
Ada dua metode penanaman sagu yang bisa diaplikasikan. Pertama adalah metode generatif. Metode ini juga sering disebut dengan budidaya melalui biji. Sementara yang kedua adalah metode vegetatif. Artinya, budidaya menggunakan anakan yang menempel pada pangkal batang induk.
Syarat bibit yang digunakan pada metode generatif adalah biji yang berasal dari buah yang telah tua. Sebaiknya, buah tersebut diambil dari pohon induk dengan ukuran yang tidak terlalu besar atau kecil, bertunas, dan sehat.
Untuk pembibitan metode vegetatif, bibit pohon diambil dari tunas yang umurnya tidak sampai 1 tahun. Ukuran diameternya sekitar 13 cm dengan tinggi kurang lebih 1 meter.
2. Penyemaian dan Pembibitan
Sama seperti proses pembibitannya, proses penyemaian pohon sagu juga menggunakan dua metode. Namun yang akan kita bahas kali ini adalah metode generatif yang umum diterapkan.
Pada penyemaian metode generatif, kita perlu menyiapkan wadah berukuran tinggi 40 cm dengan panjang kurang dari 2 m dan lebar 1,5 cm. Isi wadah tersebut dengan campuran pasir dan serbuk gergaji hingga sepertiga bagian.
Usahakan jarak penyemaian antar bibit semai sekitar 10 x 10 atau 15 x 15 cm. Apabila bibit sagu telah muncul daun berjumlah 3 helai dengan rentang usia 1-2 bulan, maka bibit tanaman yang disemai sudah bisa kita pindahkan ke bedengan pembibitan.
3. Persiapan dan Pengolahan Media Tanam
Disarankan unutk mempersiapkan lahan atau media tanam di awal-awal musim hujan. Oleh sebab itu, proses pengolahan lahan harus dilakukan sebelum proses penanaman dilakukan.
Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah membersihkan lahan tanam dari tanaman lain. Setiap tanaman yang tumbuh mengganggu di lahan tersebut harus segera disingkirkan agar tidak menyerap nutrisi yang diperlukan oleh tanaman sagu.
Selanjutnya buat bedengan tanaman yang dilakukan dengan cara pembuatan blok. Ukuran blok ini biasanya sekitar 400 x 400 meter. Tepat di bagian tengahnya akan dibuat 3 macam kanal, yaitu kanal utama, kanal sekunder, dan kanal tersier.
Sistem kanal ini sebenarnya ditujukan untuk infrastruktur sistem budidaya sagu. Apalagi biasanya kebun sagu berupa daerah berawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Selain itu, kita juga tidak boleh lupa untuk membuat sistem drainase dengan lebar sekitar 1 meter.
bacajuga: Sungai Cikahuripan, Keindahan di Bandung Barat
4. Penanaman Sagu
Setelah menyiapkan lahan media tanam, maka langkah selanjutnya adalah proses menanam bibit sagu. Proses menanam dengan sistem blok membutuhkan jarak tanam antara 8 hingga 10 meter. Perlu diketahui, setiap jenis sagu memiliki jarak tanam yang berbeda-beda sesuai jenisnya.
Sangat disarankan untuk membuat lubang tanam pada 1 minggu sebelum proses menanam berukuran 30 x 30 x 30 cm. Tanah hasil galian bagian atas harus dipisahkan dengan tanah bagian bawah, lalu biarkan selama beberapa hari.
Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan dangkel pada lubang tanam. Tanaman harus diberi penyangga atau yang dikenal dengan sebutan sampiang. Penyangga ini diletakkan secara menyilang di bagian depan batang tanaman.
Perlu diketahui jika tanaman sagu yang baru ditanam sangat mengandalkan pasokan air. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk memperhatikan pasokan air di sekitar lokasi tanam. Usahakan penanaman dilakukan di awal masa musim penghujan sehingga masalah ketersediaan air lebih mudah diatasi.
5. Pemeliharaan Tanaman Sagu
Dalam setiap budidaya tanaman apapun akan menjalani tahapan perawatan untuk menjaga kualitas tanaman, yaitu tahap pemeliharaan tanaman. Pada tanaman sagu, langkah pemeliharaan yang dilakukan tidak terlalu berbeda dengan tanaman lain. Umumnya, langkah pemeliharaan ini terdiri dari pengendalian gulma, hama serta penyakit.
6. Proses Panen
Usia paling tepat untuk memanen sagu saat berusia 7 tahun yang ditandai dengan pembengkakan pada batang serta pelepah daun sagu yang memutih. Proses memanen ini dimulai dengan membersihkan jalan untuk masuk ke rumpun tanaman sekaligus untuk membersihkan batang yang dipotong.
Pemotongan ini dilakukan sedekat mungkin dengan bagian agar menggunakan bantuan mesin pemotong, lalu bersihkan batang dari pelepah hingga menyisakan gelondongan batangan sagu berukuran 6 hingga 15 m. Sebaiknya potong gelondongan tersebut dengan ukuran masing-masing 1 hingga 2 m agar lebih mudah dalam proses pengangkutannya.
UNTUK MEMBELI PRODUK KAMI (KLIK SINI)
BACA JUGA DISINI : PESTISIDA ORGANIK SOLUSI HAMA TANAMAN (KLIK SINI)