Varietas-Padi-Green-Super-Rice

Perubahan iklim global membawa dampak nyata pada sektor pertanian karena memperbesar peluang terjadinya serangan hama dan penyakit, kekeringan, dan cekaman yang lain. Untuk mengantisipasi dan menghadapi dampak perubahan iklim, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah melepas dua varietas padi Green Super Rice (GSR) yaitu Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR.

Green Super Rice merupakan istilah yang ditujukan untuk varietas padi yang dirancang untuk memiliki daya hasil tinggi, baik pada kondisi optimum maupun sub optimum, misalkan kekurangan air dan pupuk. Varietas GSR dirancang untuk memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit utama, sehingga dapat meminimalisir aplikasi pestisida.

Untung Susanto, Pemulia dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Balitbangtan menerangkan, istilah “Green” ditujukan pada varietas yang dirancang ramah lingkungan, misalnya tahan hama penyakit, konsumsi air dan pupuk yang efisien, serta toleran salin dan cekaman biotik. Sementara istilah “Super” karena potensi hasil yang tinggi meskipun ditanam pada kondisi lingkungan yang kurang bagus, ada serangan hama penyakit, kurang pupuk, atau tercekam kekeringan.

“Selain hasil tinggi dan ramah lingkungan, varietas ini juga dirancang supaya mutunya disukai konsumen di internasional termasuk Indonesia. Padi GSR ini, terang Untung, merupakan hasil penelitian kolaborasi antara International Rice Research Institute (IRRI) dan didukung oleh Pemerintah China pada Tahun 2000 an. Pada tahun 2009, penelitian ini mendapat dukungan dari the Bill & Melinda Gates Foundation. Semua materi-materi padi GSR yang ada di China maupun IRRI kemudian diuji di negara-negara seluruh dunia Khususnya di Afrika dan Asia. Di Indonesia, penelitian padi ini dibawah koordinasi IRRI, termasuk penelitian di Vietnam, Pilipina, Kamboja, Laos, India, Bangladesh, dan Pakistan.

“Kita menerima ratusan galur baik inbrida dan hibrida yang kemudian diuji di sawah irigasi dan tadah hujan di Sukamandi dan Pati mulai tahun 2009 hingga terpilih beberapa galur yang kemudian dilepas menjadi varietas baru,” lanjutnya.

Pada 2016, Balitbangtan melepas varietas Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR yang galurnya berasal dari China dan saat ini mulai berkembang di beberapa daerah. Pelepasan dua varietas tersebut tertuang melalui SK Menteri Pertanian No. 372/Kpts/TP.010/6/2016 dan 369/Kpts/TP.010/6/2016.

Menurut Untung, kedua varietas tersebut memiliki potensi hasil sekitar 10 ton/hektare (ha) pada kondisi uji multi lokasi untuk pengusulan varietas. Hasil lebih tinggi bisa diperoleh dengan pemberian lingkungan yang lebih optimal bagi tanaman.

Kedua varietas juga memiliki rasa pulen yang merupakan preferensi mayoritas penduduk Indonesia, memiliki randemen beras yang tinggi, serta butir kapur yang rendah. Kedua varietas tersebut memiliki umur setara varietas Ciherang yang varietas paling banyak ditanam petani saat ini. Malai yang relatif lebat dengan posisi di tengah daun bendera membuat padi sehingga terhindar dari serangan burung.

Lebih lanjut Untung menerangkan, pada musim kemarau (MK) 2017 kedua varietas tersebut tahan secara menonjol terhadap serangan wereng batang coklat koloni lapang di beberapa daerah, antara lain Karawang, Indramayu, Cilacap, Banyumas, dan Kebumen. Minat petani untuk menanam kedua varietas tersebut terus meluas. Untung berharap kedua varietas tersebut mampu mengurangi kejadian serangan wereng batang coklat di daerah-daerah endemik yang lain.

“Keunggulan-keunggulan kedua varietas GSR tersebut diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang muncul akibat perubahan iklim global dewasa ini yang memperbesar peluang terjadinya serangan hama dan penyakit, kekeringan.

UNTUK MEMBELI BENIH PADI UNGGUL (KLIK SINI)

BACA JUGA DISINI : Manfaat Buah Matoa untuk Kesehatan (KLIK SINI)

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *